Kajian Teknoekonomi Agroindustri Minuman Sari Tebu + Studi Kelayakan

Kajian Teknoekonomi Agroindustri : Minuman Sari Tebu “Rejuvenate Your Stamina Naturally”

Ditulis oleh Slamet Purwanto, Bahlina, dan Fherdes Setiawan
sebagai tugas Mata Kuliah Tekno Ekonomi pada Program Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup masyarakat yang dinamis ditandai dengan beredarnya berbagai macam produk “instan”. Saat individu tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan sendiri karena tidak tersedianya sumberdaya waktu yang cukup, maka produk instan menjadi pilihan yang dirasa sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebanyakan dari “kita’ sekarang ini sering berpikir bahwa akan lebih hemat bila mengkonsumsi produk instan. Hemat biaya sekaligus hemat waktu.

Salah satu produk instan yang diminati masyarakat saat ini adalah minuman ringan dalam kemasan. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik mengenai jumlah perusahaan minuman ringan di seluruh Indonesia dan nilai produksi, serta volume produksi untuk tahun 1994 - 1997 diperoleh informasi bahwa nilai dan volume produksi minuman ringan secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan masyarakat terhadap produk-produk minuman ringan cenderung mengalami kenaikan.

Minuman ringan yang saat ini sedang berkembang memiliki banyak varian baik dalam hal rasa, bahan pengisi, dan desain kemasan yang masing-masing memberikan nilai tawar tersendiri kepada konsumen. Kemungkinan munculnya produk-produk baru dalam industri ini masih memberikan peluang yang cukup baik mengingat masih banyaknya hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan minuman ringan baru yang diterima oleh konsumen. Salah satu minuman ringan yang dapat dikembangkan melihat peluang ketersediaan bahan baku dan cara penyajian yang baru adalah minuman sari tebu dalam kemasan dengan varian rasa tertentu misalnya lemon.

Jika dilihat dari potensi bahan baku yang ada, Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki luasan kebun tebu yang makin meningkat. Dalam 10 tahun terakhir luas areal perkebunan tebu di Indonesia terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,75% per tahun dari hanya seluas 340.660 ha pada 2000 meningkat menjadi 473.841 ha tahun 2009 (www.datacon.co.id, 2010). Pemanfaatan tebu selama ini sebatas pada pembuatan gula. Hal tersebut menyebabkan petani tidak mempunyai pilihan untuk menjual hasil kebun tebunya selain kepada industry gula. Dengan pendirian industry minuman sari tebu, petani dapat memiliki ada alternative untuk menjual hasil kebun tebunya.

Penyajian minuman sari tebu yang ada saat ini adalah melalui penjualan secara langsung yaitu tebu diperas dan hasil perasannya yang kemudian disajikan dalam bentuk cup atau kemasan yang lainnya. Tentunya hal ini tidak bisa dilakukan jika target jumlah konsumen dan cakupan wilayah ingin ditingkatkan dan diperluas karena daya jangkau dan daya tahan produk yang terbatas sehingga minuman sari tebu perlu disajkan dalam bentuk yang lain yang dapat menjangkau konsumen dengan cakupan yang lebih luas yaitu dalam bentuk kemasan dalam kaleng dengan tambahan cita rasa tertentu.

Pengolahan tebu menjadi minuman sari tebu diharapkan akan dapat meningkatkan nilai tambah produk olahan tebu. Dengan demikian, industry ini dapat meningkatkan taraf hidup petani tebu secara tidak langsung.

1.2. Manfaat

Manfaat dari pendirian industri minuman sari tebu adalah :
  1. meningkatkan nilai tambah (added value) tebu sehingga pendapatan petani dapat meningkat;
  2. membuka dan memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat;
  3. meningkatkan pendapatan penduduk setempat dan sekitarnya;
  4. mempercepat pembangunan dan pengembangan daerah yang bersangkutan, serta menambah pendapatan daerah berupa pajak dan retribusi;
  5. sebagai wujud peran serta terhadap program pemerintah dalam pengembangan pembangunan sektor pertanian;
  6. dampak positif pembangunan proyek ini adalah berkembangnya daerah sekitar proyek dalam segi sosial, ekonomi, kultural dan budaya terutama dan utama sekali bagi daerah di sekitar pendirian industri.

1.3. Ruang Lingkup

Aspek-aspek yang dikaji dalam studi ini mencakup aspek kondisi wilayah, bahan baku, serta pasar dan pemasaran. Selain itu, juga akan dikaji mengenai aspek teknis dan teknologis, manajemen produksi, dan finansial.

BAB II PROFIL USAHA

2.1 Bentuk Perusahaan

Bentuk perusahaan yang akan dikembangkan adalah Perseroan terbatas (PT) dengan nama perusahaan PT. Sari Tebu Alami. Kepemilikan modal dalam perusahaan ini adalah berdasarkan investasi saham yang ditanamkan oleh anggota pemegang saham.. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Keuntungan dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas.

2.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang ramping merupakan bentuk organisasi yang paling efisien. Dalam perusahaan yang baru didirikan sebaiknya memperhitungkan biaya SDM terkait dengan struktur organisasi.
Gambar 1. Struktur organisasi perusahaan

Struktur organisasi perusahaan disesuaikan dengan pembagian tugas secara fungsional untuk memudahkan dalam proses manajemen organisasi mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan dan pengontrolan. Masing-masing jabatan dalam struktur memiliki tugas dan tanggung jawab khusus sesuai dengan tingkatan dan bidangnya. Secara umum struktur organisasi terdiri dari Direktur yang menjadi pimpinan tertinggi dalam perusahaan, General Manager yang menjadi pimpinan bagi semua manager (Manager Produksi, Manager operasional, Manager keuangan, Manager SDM, dan Manager pemasaran) dan kepala bagian yang berada dibawah manager.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadikan perusahaan sebagai perusahaan minuman ringan yang memiliki daya saing dalam kancah perdagangan global. Adapun Misi perusahaan adalah :
  1. Meningkatkan nilai jual komoditas lokal khususnya tebu
  2. Membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja
  3. Menciptakan produk yang memiliki daya saing internasional

III. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Permintaan dan Penawaran Minuman ringan

3.1.1 Permintaan
Minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$ 100) per bulan. 46% diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (US$50). 72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 % diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan para pensiunan. Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan dengan es krim

Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah dan penduduk berusia muda yang sangat besar.

3.1.2 Penawaran
Perkembangan Industri minuman ringan di Indonesia memiliki trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah outputnya. Output industri minuman ringan dari tahun 1996 sampai 2005 cenderung mengalami peningkatan dari 1.380.685.576 rupiah pada tahun 1996 menjadi 5.810.032.207 ribu rupiah pada tahun 2005. (Tabel.1).

Tingginya nilai permintaan menjadi indikator peluang dalam pendirian perusahaan yang memproduksi minuman ringan. Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan juga cenderung mengalami peningkatan dari sebanyak 236 perusahaan pada tahun 1996 menjadi 263 perusahaan pada tahun 2005.

Industri minuman ringan juga termasuk salah satu industri yang tidak terlalu terganggu oleh krisis multi sektor yang terjadi pada tahun 1997/1998. Hal ini terbukti dengan tetap meningkatnya julah output serta jumlah perusahaan yang bergerak di industri minuman ringan pada tahun 1999. Kondisi setelahnya juga tampak tidak terlalu terpengaruh mengingat nilai penurunan dan peningkatannya termasuk dalam batas normal.

Tabel 1. Output (dalam ribuan rupiah) dan jumlah perusahaan dalam industry minuman ringan Indonesia Tahun1996-2005

Tahun
Jumlah Output
Jumlah perusahaan
1996
1.380.685.576
236
1997
1.581.802.563
242
1998
1.841.213.456
227
1999
1.885.283.242
241
2000
2.609.409.315
223
2001
2.974.895.275
218
2002
3.388.939.875
222
2003
3.645.000.556
212
2004
4.062.850.790
240
2005
5.810.032.207
263

Sumber : BPS


3.2. Persaingan dan Peluang Pasar

Minuman ringan pada dasarnya diklasifikasikan menjadi 6 jenis, yakni minuman sari buah, berkarbonasi, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), teh siap saji, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonik/energi. Berdasarkan persentase penguasaan pasar minuman ringan, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menduduki posisi tertinggi yaitu 65 %, diikuti minuman teh siap saji 14%, minuman ringan berkarbonasi 13% dan lainnya sebesar 8%. Melihat persentase pangsa pasar yang ada maka produk minuman sari tebu dalam kemasan akan mencoba untuk masuk dalam pasar produk minuman ringan selain AMDK, teh siap saji dan minuman ringan berkarbonasi yaitu sebesar 8% . Dari angka ini, target pasar yang akan diambil oleh perusahaan adalah 20%.

Gambar 2. Persentase pangsa pasar minuman ringan

Asumsi besaran angka peluang pasar dihitung berdasarkan target pasar yang akan dituju yaitu jumlah orang dewasa berumur lebih dari 15 tahun dan pengembangan pasar keseluruh Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, data jumlah penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun adalah 171.017.420 jiwa. Berdasarkan data pada tabel 2. tersebut maka asumsi target produksi adalah sebesar 243.225 kaleng/hari.

Tabel 2. Asumsi target produksi berdasarkan potensi pasar
Uraian Asumsi Jumlah Satuan
Konsumsi 8 liter per kapita
Jumlah target pasar 20% 2,736,279 penduduk (15+)
Total produksi per tahun 21,890,230 liter per tahun
Total produksi per bulan 1,824,186 liter per bulan
Total produksi per hari 72,967 liter per hari
Kemasan 1 kaleng 0.300 liter
Produksi per tahun 72,967,433 kaleng
Jumlah hari kerja/thn 300
Produksi per hari 243,225 kaleng


3.3 Strategi Pemasaran

Rencana pemasaran berkaitan dengan strategi pemasaran. Terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi empat kebijakan pemasaran yang dapat dikontrol yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Definisi dari bauran pemasaran adalah perpaduan dari tindakan-tindakan produk, harga, promosi dan distribusi dalam memasarkan produknya atau melayani konsumennya.

(a) Strategi Produk

Menurut Ichsan et al. (2003), strategi produk mengasumsikan bahwa calon konsumen dalam menetapkan produk yang dibeli menitikberatkan pada kualitas dan karakteristik produk tersebut. Minuman sari tebu dalam kemasan adalah minuman yang dihasilkan dari sari tebu asli yang dikemas dalam cup atau kaleng dengan tambahan beberapa varian rasa dan bahan pengisi tertentu seperti nata aloevera . Keunggulan produk ini adalah cita rasa sari tebu alami tanpa menggunakan pemanis buatan dan mengandung vitamin Riboflavin dan kalori yang berasal dari sari air tebu alami. Nama produk yang akan dipasarkan adalag “ Sugar Cane Energy Drink” dengan tagline “Rejuvenate Your Stamina Naturally”.

(b) Strategi Harga

Umumnya harga ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu rendah dan yang terlalu tinggi. Biaya produksi menentukan harga terendah dan persepsi konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. Perusahaan harus dapat menentukan harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga yang paling baik. Yang menjadi dasar penentuan harga jual minuman sari tebu ini adalah dengan melihat harga pokok produksi, lalu ditambah dengan margin yang diinginkan. Penentuan harga jual ini juga dengan mempertimbangkan perkembangan harga jual minuman ringan di pasar.

Harga minuman ringan khususnya dalam kemasan kaleng di tingkat pengecer memiliki kisaran harga antara Rp 5.000 – Rp 6.000. Bagi para pengecer atau penjual grosir produk minuman ringan merupakan barang dagangan terpenting mereka dengan kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan nilai keuntungan sebesar 34%. Sehingga harga yang akan ditetapkan bagi perusahaan adalah pengurangan antara harga jual ditingkat pengecer dengan persentase keuntungan yang diberikan yaitu sekitar Rp 2.500 – Rp 3.500. Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang berarti bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan berkurang dengan prosentase yang lebih besar daripada prosentase kenaikan harga tersebut.Dengan demikian maka harga jual akan dipertahankan untuk tetap berada pada rentang yang tidak mengakibatkan penurunan atau berkurangnya penjualan.

(c) Strategi Promosi

Promosi pada hakekatnya merupakan suatu bentuk komunikasi yang mencoba mempengaruhi perilaku pembelian dari pelanggan maupun calon pelanggan. Peran promosi adalah menjelaskan atau menginformasikan kepada pelanggan mengenai karakteristik dan keunggulan dari produk yang dimiliki. Promosi menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen untuk membeli produk tersebut. Promosi untuk menjual minuman sari tebu yang dihasilkan oleh industri dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan media informasi seperti pembuatan iklan di surat kabar, internet dan televisi.

(d) Strategi Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh pengusaha untuk menyalurkan, menyebarkan, mengirim serta menyampaikan barang yang dipasarkannya itu kepada konsumen. Startegi distribusi dalam memasarkan produk minuman sari tebu dalam kemasan ini adalah melalui penjualan grosir dan pedagang eceran khususnya yang tersebar di kota-kota besar. Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh pengecer dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha kecil.

3.6 Bisnis Model

3.7 Segmentasi Pasar

Sebagaimana minuman dalam kemasan yang telah banyak diproduksi , minuman sari tebu dalam kemasan juga memiliki segmentasi pasar yang sama yaitu sebuah produk minuman yang memiliki nilai tawar berupa rasa khas sari tebu asli yang bisa dinikmati oleh konsumen dengan tambahan berbagai varian rasa dan bahan pengisi yang tetap mempertahankan cita rasa sari tebu yang alami.

Cakupan wilayah pasar yang ingin dicapai oleh perusahaan ini adalah wilayah Pulau Jawa yang menjadi target utama dan non Pulau Jawa khususnya di kota-kota besar seperti, Lampung, Medan, dan kota-kota besar lainnya. Kota-kota besar menjadi target pemasaran produk ini karena minuman ringan dalam kemasan sudah menjadi bagian dari gaya hidup konsumsi masyarakat perkotaan. Konsumen utama produk ini umumnya adalah orang dewasa khususnya para pemuda yang menjadi konsumen terbesar minuman ringan di Indonesia.

BAB IV. ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Pabrik sari minuman air tebu ini akan didirikan di Malang, Jawa timur. Secara astronomis terletak 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut :
  • Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Kec. Karangploso Kabupaten Malang
  • Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
  • Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang
  • Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Alasan pemilihan lokasi:
Lokasi pabrik ini dipilih karena adanya beberapa faktor yang melandasi pertimbangan, yaitu sebagai berikut:
  1. Jawa timur merupakan daerah penghasil tebu yang terbesar di Indonesia yaitu sebesar 1.258.531 ton (sumber: Statistik Perkebunan 2008 – 2010). Lokasi usaha tidak harus dekat dengan sumber bahan baku, hal ini karena sifat bahan baku yang awet dan hanya dihasilkan didaerah tertentu. Namun demikian lokasi usaha yang dekat dengan bahan baku lebih baik untuk efisiensi biaya transportasi.
  2. Letak Kabupaten Malang yang relatif tidak jauh dengan pasar Jabodetabek, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
  3. Tenaga kerja dapat diperoleh dengan mudah dari kota Malang dan sekitarnya, dimana jumlah penduduk Malang sampai tahun 2008sebesar 816.637 jiwa yang terdiri dari 404.664 jiwa penduduklaki-laki, dan penduduk perempuan sebesar 411.973 jiwa (http://www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071) sehingga kebutuhan SDM dapat terpenuhi.

  4. Sarana infrastruktur (jalan, jembatan, fasilitas umum dll) serta listrik dan air cukup memadai.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Berbagai fasilitas dan peralatan produksi yang dibutuhkan dalam usaha pengolahan minuman sari tebu antara lain :
  1. Lahan pabrik sebagai tempat untuk kegiatan produksi dan non produksi. Luas lahan yang dibutuhkan adalah 915 m2.
  2. Bangunan atau ruang produksi merupakan tempat kegiatan produksi mulai dari proses sortasi hingga proses pengemasan. Konstruksi dinding terbuat dari tembok dengan atap berupa seng atau genteng. Ruang produksi yang diperlukan seluas 225 m2.
  3. Ruang non produksi yang diperlukan adalah seluas 690 m2,
Rincian ruang non produksi adalah sebagai berikut:
  • Gudang penyimpanan bahan baku dan bahan pembantu yang diperlukan seluas 90 m2.
  • Gudang produk jadi. Produk jadi disalurkan setiap satu minggu sekali. Oleh karena itu, luas lahan yang dibutuhkan untuk produk jadi hanya untuk produk yang diproduksi selama 1 minggu. Penyimpanan produk diletakkan di dalam krat yang berukuran 190 x 150 cm. Krat-krat tersebut disusun bertumpuk dengan ketinggian maksimum sebanyak tiga tumpuk. Gudang produk ini terletak bersebelahan dengan gudang bahan baku, dimana luas ruangan yang dibutuhkan adalah seluas 90 m2
  • Kantor. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk kantor adalah satu ruang direktur seluas 15 m2, dua ruang manajer masing-masing seluas 7,5 m2, satu ruang tamu seluas 15 m2, ruang staf seluas 35 m2, dan satu kamar mandi untuk pria dan satu kamar mandi untuk wanita masing-masing seluas 10 m2, keseluruhan luas kantor adalah 100 m2.
  • Sarana lain. Kebutuhan ruangan lainnya meliputi ruang panel listrik dan generator, tempat penanganan limbah, pos penjagaan, ruang mesin dan peralatan, kamar mandi, mushalla dan tempat parkir. Seluruh ruangan tersebut diperkirakan lahan seluas 100 m2.

4.3 Perencanaan Tata Letak Pabrik

Perencanaan tata letak pabrik ini di dasarkan atas bagian alir proses bahan dan diagram keterkaitan antara aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya pabrik disusun dengan denah yang efektif dan efesien, keefektifian dan keefesienan perancangan pabrik ini diperoleh dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja dan runutan aliran proses.

Gambar 3. Rencana tata letak pabrik minuman sari tebu

4.4. Bahan Baku

Bahan baku utama pembuatan sari minuman tebu adalah tebu hijau dengan kualitas yang baik (rendemen tinggi) yang diperoleh melalui pemasok yang berada di Jawa Timur dan sekitanya. Bahan baku ini merupakan produk lokal dan mudah didapatkan. Produksi tebu di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 2,85 juta ton pertahun. Tebu banyak dihasilkan di Indonesia terutama di Pulau Jawa, seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat.

Tebu ( Saccahrum Officinarum L. ) dapat tumbuh dengan baik di daerah ttropis dan sub tropis sampai batas garis isometric 20 ºC yaitu 39 º lintang utara dan 35 º lintang selatan. Untuk menghasilkan rendemen yang tinggi maka tebu terutama banyak ditanam di dataran rendah. Pada masa pertumbuhannya tebu memerlukan banyak air, sedangkan pada masa panen dikehendaki pada masa yang kering. Jika pada waktu masak terdapat banyak air maka akan terjadi pertumbuhan terus-menerus dari akar maupun tunas yang akan menyebabkan turunnya rendemen. Beberap faktor lain yang mempengaruhi rendemen dan produksi tebu antara lain tanah, pemupukan, dan penentuan wakt panen ( Goutara dan Wijandi 1985 dalam Erlina 2002 ).

Waktu panen tebu terbaik jika batang sudah masak (daun ujung membentuk kipas, kira-kira berumur 11-12 bulan). Pada sat tersebut potensi produksi gula tertinggi dan kadar non gula terendah, dengan kadar P2O5 tinggi yang menyebabkan tebu memliki rendemen yang paling tinggi.

Tebu yang telah dipanen dari areal budidaya tebu diangkut dan ditempatkan dalam areal penampungan. Untuk menghindari menurunnya rendemen, maka tenggang waktu yang ditolerir antara waktu tebang dan giling adalah kurang dari 48 jam.

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan sari tebu ini yaitu asam askorbat, asam sitrat, sodium sitrat, potasium sitrat, sodium phosphat, citrus pektin, karbon aktif dan invertase.

4.5 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan bagian dari keseluruhan proses produksi yang menjalankan setiap tahap produksi. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri sari minuman tebu terdiri atas dua yairu tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yangs secara langsung terlibat dalam proses produksi sedangkan tenaga kera tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Sistem penggajian pabrik minuman sari tebu ini didasarkan pada faktor –faktor berikut yaitu; kemampuan keuangan perusahaan, analisis beban kerja jabatan, devisi gaji antar jabatan, dan standar gaji pada perusahaan lain yang sejenis serta UMR.

4.5. Teknologi

Proses pengolahan minuman sari tebu sudah menggunakan teknologi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ada beberapa tahapan-tahapan proses pengolahan yang menggunakan mesin berteknologi tinggi seperti evaporator, mesin pasteurisasi. Mesin-mesin tersebut dapat dipesan/didapatkan dipasar domestik.

4.6. Proses Produksi Minuman Sari Tebu

Proses pembuatan minuman sari tebu meliputi tahapan-tahapan : pembersihan dan sortasi, pencucian dan sterilisasi, pembilasan dan sterilisiasi, penggilingan dan pengekstrusian, Acidifikiasi dan stabilisasi, pegendapan, filtrasi, pemurnian (penyaringan), intermediate storage (penyimpanan lanjut), Brix, PH, Adjustment (penyesuaian brix, PH) dan Enzym treatment, penambahan flavor dan warna pasteurisasi,pendinginan, penyimpanan dan pengisisan (pengemasan). Diagram alir proses pembuatan minuman sari tebu disajikan pada Gambar 4.3.

1. Pembersihan dan Sortasi
Proses sortasi dilakukan untuk memilih bahan baku yang sesuai dengan standar mutu minuman sari tebu. Proses ini dilakukan secara manual di tempat penerimaan bahan baku. Bahan baku yang tidak memenuhi syarat dikembalikan kepemasok, sedangkan yang memenuhi kriteria bahan baku akan dilakukan proses pembersihan meliputi akar, daun-daun bagian atas dan benda-benda asing.

2. Pencucian dan Sterilisasi
Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan water bath yang mengandung 0,1 – 1% (m/m) larutan yang mengandung seperempat senyawa ammonium sehingga proses sterilisasi menjadi lebih efektif. Hal ini dikarenakan larutan tersebut dapat menginaktifkan bakteri dan menghilangkan tanah yang masih terdapat pada tebu.

3. Pembilasan dan sterilisasi
Proses ini dilakukan dengan memasukkan tebu kedalam bak air, dimana bak tersebut mengandung larutan klorin 50 - 200 ppm. Penggunaan larutan ini merupakan hal yang umum dilakukan untuk grade komersial.

4. Penggilingan dan pengekstrusian
Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan roller crusher

5. Acidifikiasi dan stabilisasi
Proses Acidifikasi dilakukan dengan menambahkan larutan asam askorbat 100-500 mg/l. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perubahan warna. Secara bersamaan ditambahkan juga larutan asam sitrat kemudian dilakukan proses mixing. Penambahan asam sitrat ini bertujuan untuk menurunkan ph larutan hingga dimencapai ph < 5. Sedangkan larutan dasar secara serentak ditambahkan sodium sitrat kemudian diaduk. Tujuan penambahan larutan ini adalah untuk menstabilkan larutan asam. Larutan dasar adalah 0,01 – 0,1 % (m/m) larutan

Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan minuman sari tebu

6. Pengendapan
Proses pengendapan dilakukan dengan membiarkan larutan tersebut selama ±1 jam, kemudian dilakukan proses koagulasi dan flokulasi dengan menggunakan koagulan poliakril amida dan anion polielektrolit (flokulan) dengan dosis tidak melebihi 35 mg/l. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan aroma dan foulants.

7. Filtrasi
Proses filtrasi dilakukan dengan cara memasukkan sari tebu kedalam tubular ultrafiltration. Proses filtrasi ini berlangsung 2 tahap, tahap pertama dilakukan penyaringan terhadap partikel yang terkandung dalam sari tebu yang berukuran lebih besar dari 40000 x 10-9 kemudian pada tahap kedua dilanjutkan dengan penyaringan kembali untuk menghilangkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari 5000 x 10-9. Tubular ultrafiltration dioperasikan secara batch dengan resirkulasi dari sari tebu yang difilter pada tekanan umpan yang berkisar antara 200 – 600 kpa dengan suhu umpan yang bervariasi antara 25 ºC - 60 ºC

8. Pemurnian (penyaringan)
Pemurnian dilakukan dengan menggunakan karbon aktif. Proses pemurnian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan residu residu odor dan warna yang tidak diinginkan.

9. Intermediate storage (penyimpanan lanjut) dan Brix, ph, adjustment (penyesuaian brix, ph) serta enzym treatment
Proses intermediate storage dilakukan secara bersamaan dengan proses penambahan enzym invertase sebanyak 50mg – 100 mg kedalam sari buah kemudian dipanaskan pada suhu 60 ºC dan diaduk, dimana proses ini dilakukan selama ±6 jam. Hal ini dilakukan untuk merubah inversi sukrosa yang terkandung pada sari buah menjadi fruktosa dan glukosa. Kemudian dilanjutkan dengan pengaturan brix sari buah menjadi 65 - 82º brix dengan cara evaporasi pada suhu dibawah 60 ºC dengan vacum tinggi setelah dicapai brix yang diinginkan maka konsentrat sari buah dipasteurisasi pada suhu 75ºC - 90 ºC tidak boleh lebih dari 3 menit sampai dingin kembali mencapai suhu ambient.

10. Penambahan flavor dan warna
Dilakukan dengan menambahkan citrus pektin sebanyak 0,1 – 1% (m/m) kedalam minuman sari tebu.

11. Pasteurisasi
Dilakukan pada suhu 90ºC - 95 ºC selama 15- 25 detik

12. Pendinginan dan Penyimpanan
Dilakukan proses pendinginan dengan cara menyimpan sari buah pada ruang dengan suhu dibawah 4 ºC dan sari buah disimpan di dalam kontainer (tangki penampung produk).

13. Pengisian ( pengemasan)
Setelah dilakukan proses pengecekan quality control maka dilanjutkan dengan proses pengisian kedalam kaleng minuman yang berukuran 350 ml.

4.6. Produksi optimum

Produksi optimum usaha pengolahan minuman sari tebu ini adalah 8,360,852 kaleng perhari dengan menggunakan dua roller crusher. Tingkat produksi minuman sari tebu optimum sangat dipengaruhi oleh mutu bahan baku, efektifitas pemakaian mesin dan peralatan sesuai kapasitas terpasang, ketrampilan tenaga kerja.

BAB V. ASPEK KEUANGAN

Salah satu aspek penting yang menentukan apakah suatu usaha atau industri layak didirikan atau tidak adalah aspek keuangan. Dari analisis tersebut dapat diketahui kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari pemberi pinjaman, seperti bank. Analisis keuangan dapat dimanfaatkan pengusaha dalam proses perencanaan dan pengelolaan usaha industri “sugarcane energy drink”. Analisis dalam aspek keuangan meliputi telaah komponen dan struktur biaya, pendapatan, kebutuhan modal dan kredit, cash flow, evaluasi profitabilitas rencana investasi, analisis Break Even Point dan analisis sensitivitas.

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Ada beberapa pola usaha yang dapat dijadikan pilihan dalam industri “sugarcane energy drink” yaitu mendirikan usaha penjualan jus tebu menggunakan sarana gerobak secara mandiri, membeli franchise usaha jus tebu yang sudah ada, mendirikan industri minuman sari tebu “sugarcane energy drink” yang bermerek atau pola usaha manufaktur. Pola usaha pertama dan kedua sudah banyak dijumpai dipasaran, sedangkan pola usaha yang ketiga bisa dikatakan belum ada di Indonesia.

Dari jenis-jenis pola usaha tersebut dipilih pola usaha yang ketiga untuk dijadikan landasan perhitungan dalam aspek keuangan. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab mengenai aspek teknis dan teknologis, pola usaha manufaktur menggunakan peralatan dan mesin yang sudah ada di pasar local, dan jika memang tidak ada di pasar local tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan impor alat tersebut. Secara ringkas alat yang digunakan adalah pencuci, alat sterilisasi, penghancur atau crusher, penyaring, mixer, filling ke alat pengemas dan lain-lain. Kapasitas produksi yang dipilih yaitu kapasitas luaran atau produk 8,360,852 kaleng perhari yang disesuaikan dengan kapasitas mesin ekstrusi yang digunakan.

5.2. Asumsi

Untuk melakukan perhitungan aspek keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi yang terkait dengan aspek teknis teknologis dan pola pembiayaan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan aspek keuangan didasarkan pada industri minuman terutama energy drink dengan menggunakan data dari berbagai pustaka. Asumsi-asumsi usaha disajikan secara ringkas pada Tabel 5.1 dan secara lengkap pada Lampiran 2.

Proyek diasumsikan akan berjalan selama 10 tahun. Hal tersebut mempertimbangkan umur ekonomis mesin-mesin yang digunakan untuk produksi. Kegiatan produksi diasumsikan berjalan sepanjang tahun, dengan asumsi hari kerja adalah 25 hari per bulan dan rata-rata jam kerja adalah 7 jam kerja per hari.

Kapasitas produksi usaha diasumsikan sebesar 8,360,852 kaleng per hari atau setara dengan 2,508,255,493 kaleng per tahun. Harga jual produk diasumsikan sebesar Rp 2.750 per kaleng dan hasil produksi diasumsikan terjual seluruhnya secara bertahap. Tahapan penjualan direncanakan pada tahun pertama 75% produk akan terserap pasar, pada tahun kedua 80% produk terjual, pada tahun ketiga 85% produk terjual, pada tahun keempat 90% produk terjual dan mulai tahun kelima dan seterusnya 100% produk direncanakan terjual seluruhnya. Mesin produksi direncakan akan berjalan secara bertahap yaitu mulai dari kapasitas 80 % di tahun pertama hingga kapasitas optimal (100%) mulai tahun ke-3 sampai akhir proyek (tahun ke-10). Sedangkan kapasitas operasi tahun ke-1 sebesar 80% dan tahun ke-2 sebesar 90%.

Tabel 5.1 Asumsi dan parameter teknis industri sugarcane energy drink

5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional

5.3.1 Biaya Investasi
Komponen biaya investasi mencakup biaya-biaya : 1) Perijinan, 2) Bangunan, 3) Pengadaan alat dan mesin serta fasilitas lainnya. Biaya ini bersifat tetap dan dikeluarkan pada tahun ke-0 yaitu sebelum kegiatan operasi usaha dilaksanakan. Total kebutuhan biaya investasi yang diperlukan yaitu sebesar Rp. 7,182,100,000. Kebutuhan biaya untuk masing-masing komponen disajikan pada Tabel 5.2. Rincian lengkap komponen biaya investasi disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 5.2. Kebutuhan biaya investasi industri sugarcane energy drink.

Komponen biaya untuk lahan dan bangunan merupakan komponen biaya yang paling besar nilainya. Jumlah biaya untuk keperluan lahan dan bangunan mencapai 77,98% dari total kebutuhan biaya investasi.

5.3.2. Modal Kerja
Modal kerja merupakan dana yang digunakan untuk operasional usaha sampai usaha tersebut menghasilkan uang/pendapatan. Modal kerja meliputi biaya operasional usaha selama satu bulan sebesar Rp. 476,569,367,189 ditambah dengan stok bahan baku untuk bulan kedua selama satu bulan sebesar Rp. 6,429,160,481, sehingga total modal kerja sebesar Rp. 482,998,527,670. Komponen biaya modal kerja disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kebutuhan modal kerja industri sugarcane energy drink

5.3.3. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam kegiatan produksi. Komponen biaya operasional mencakup biaya langsung/variabel dan biaya tetap. Komponen biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung. Komponen biaya tetap terdiri dari tenaga kerja tetap, biaya perbaikan dan perawatan, overhead kantor/administrasi, biaya komunikasi, biaya pemasaran, biaya perawatan & perbaikan, biaya lain-lain (iuran, retribusi, dll), biaya transportasi, asuransi.

Kebutuhan biaya operasional industri pengolahan sugarcane energy drink pada kapasitas 100% besarnya mencapai Rp. 5,676,877,226,001, dengan perincian biaya variabel sebesar Rp. 5,675,629,526,001 dan biaya tetap sebesar Rp. 1,247,700,000. Komponen biaya operasional disajikan pada Tabel 5.4. Rincian komponen biaya operasional disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 5.4 Kebutuhan biaya operasional industri sugarcane energy drink

5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan dana untuk usaha industri sugarcane energy drink sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab terdahulu meliputi biaya investasi sebesar Rp. 7,182,100,000 dan biaya modal kerja sebesar Rp. 482,998,527,670. Sumber dana yang digunakan untuk investasi dan modal kerja berasal dari dana sendiri dan kredit perbankan dengan proprosi sebesar 65%:35%. Kebutuhan dana investasi dan modal kerja disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Kebutuhan dana investasi dan modal kerja industri sugarcane energy drinkKredit yang diberikan perbankan menggunakan tingkat suku bunga 15,5% dengan sistem perhitungan bunga efektif menurun. Jangka waktu pengembalian kredit investasi selama 7 tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun. Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap tahun. Rencana pembayaran angsuran pokok dan bunga disajikan pada Tabel 5.6. Rincian rencana pembayaran angsuran pokok dan bunga disajikan pada Lampiran 5.

Tabel 5.6 Rencana pembayaran Kredit investasi dan Kredit modal kerja

5.5. Produksi dan Pendapatan

Berdasarkan asumsi, kapasitas produksi usaha perhari sebesar 8,360,852 kaleng per hari atau setara dengan 2,508,255,493 kaleng per tahun. Sementara kapasitas produksi pada tahun pertama sebesar 80%, tahun kedua sebesar 90% dan tahun ketiga sampai akhir proyek sebesar 100%. Sedangkan harga jual produk sugarcane energy drink diasumsikan sebesar Rp. 2.750 per kaleng.

Total pendapatan yang diperoleh pada tahun pertama pada kapasitas operasi 80% dan 75% terjual adalah sebesar Rp 4,138,621,564,000, tahun kedua pada kapasitas operasi 90% dan 80% terjual adalah sebesar Rp. 4,966,345,876,800. Mulai tahun ketiga kapasitas produksi direncanakan 100% dan mulai tahun kelima penjualan ditargetkan 100% terjual dengan nilai penjualan sebesar Rp. 6,897,702,606,667. Proyeksi produksi dan penjualan disajikan pada Tabel 5.7. Perincian rencana produksi dan penjualan disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 5.7 a. Proyeksi produksi sugarcane energy drink

5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point

Berdasarkan proyeksi produksi dan pendapatan, dapat diketahui pula proyeksi keuntungan/kerugian usaha. Pada tahun pertama usaha dan tahun kedua, perusahaan belum menghasilkan keuntungan atau dengan kata lain masih merugi. Memasuki tahun ketiga perusahan mulai mendapatkan keuntungan bersih setelah pajak dengan nilai sebesar Rp 11,576,270,532, profit on sales 0.12% dan BEP sebesar Rp 207,613,097,153 atau 75,495,672 kaleng minuman. Rincian proyeksi laba rugi dan break event point disajikan pada Lampiran 7.

Rata-rata keuntungan usaha industri sugarcane energy drink selama periode proyek (10 tahun) sebesar Rp 18,137,360,470, rata-rata profit on sales sebesar 0.25%.

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Proyeksi arus kas dilakukan untuk mengetahui kewajiban keuangannya kepada pihak lain. Dalam analisis arus kas juga dilakukan perhitungan kelayakan usaha yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio).

Pada proyeksi arus kas, arus kas masuk merupakan nilai hasil penjualan produk selama satu tahun. Sedangkan arus keluar mencakup pula biaya pemasaran/distribusi.

Proyeksi arus kas dengan pengelolaan dana pembiayaan dari Bank maupun dana milik sendiri menunjukkan bahwa industri sugarcane energy drink dapat mengembalikan kewajiban kepada Bank dan layak untuk dilaksanakan. Proyeksi arus kas dan analisis kelayakan secara rinci disajikan pada Lampiran 8.

Hasil proyeksi pada tingkat suku bunga sebesar 15,5% yang disajikan pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa usaha ini memiliki NPV positif yaitu sebesar Rp 2,935,291,596,605, IRR lebih tinggi dari suku bunga yaitu sebesar 67.17% dan Net B/C Ratio lebih dari 1,00 yaitu sebesar 409.70. Sementara PBP selama 3 tahun 3 bulan menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan dapat tertutup kembali selama 3 tahun 3 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Tabel 5.9 Ringkasan kelayakan usaha industri sugarcane energy drink

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Proyek

Analisis ini digunakan untuk mengetahui prediksi perubahan pendapatan dan pengeluaran yang menyebabkan perubahan pada arus kas. Analisis sensitivitas usaha dilakukan dengan tiga skenario perubahan yaitu penurunan harga jual produk, kenaikan biaya operasional serta kombinasi penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasional.

Hasil analisis sensitivitas pada masing-masing skenario dijelaskan sebagai berikut :

Penurunan harga jual
Pada skenario ini terjadi penurunan harga jual produk sementara biaya investasi dan biaya operasional tetap. Pada penurunan harga jual yang mengakibatkan penurunan pendapatan, usaha ini menjadi sensitif terhadapnya pada kisaran 9%-10%. Hasil analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan harga jual

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada penurunan harga jual 9% diperoleh Net B/C Ratio lebih dari 1,00, NPV positif dan IRR mencapai 55.75%% serta PBP 8 tahun 2 bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 15,5% dengan penurunan harga jual sebesar 9% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada penurunan harga jual sebesar 10% proyek ini tidak layak dilaksanakan karena NPV negatif, Net B/C Ratio kurang dari satu, dan PBP melebihi umur proyek.

Kenaikan biaya operasional
Pada skenario ini terjadi kenaikan biaya operasional sedangkan biaya investasi dan harga jual produk tetap. Kenaikan biaya operasional ini meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Kenaikan biaya operasional ini dapat disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku, bahan penolong, biaya tenaga kerja atau yang lainnya. Pada kenaikan biaya operasional, usaha ini menjadi sensitif terhadapnya pada kisaran 11%-12%. Hasil analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 5.11.

Pada Tabel 5.11, kenaikan biaya operasional, baik biaya variabel maupun biaya tetap sebesar 11%, diperoleh Net B/C Ratio lebih dari 3.10, NPV positif dan IRR mencapai 55.65%% serta PBP 9 tahun 11 bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 15,5% dengan peningkatan biaya operasional sebesar 11% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada peningkatan biaya operasional sebesar 12% proyek ini tidak layak dilaksanakan karena NPV negatif, Net B/C Ratio kurang dari 1,00 dan PBP melebihi umur proyek.

Tabel 5.11 Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya operasional

Penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasi
Pada skenario ini terjadi penurunan harga jual sekaligus terjadi kenaikan biaya operasional pada saat yang sama dengan persentase yang sama. Pada kondisi ini, usaha menjadi sensitif terhadap penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasional pada kisaran 5%-6%. Hasil analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan harga dan kenaikan biaya operasional

Tabel diatas menunjukkan bahwa kombinasi penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasional sebesar 5% diperoleh Net B/C Ratio lebih dari 1,00, NPV positif dan IRR mencapai 55.54% serta PBP 9 tahun 1 bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 15,5% dengan penurunan harga jual dan peningkatan biaya operasional 5% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada penurunan harga jual dan peningkatan biaya operasional sebesar 6% proyek ini tidak layak dilaksanakan Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV negatif dan PBP melebihi umur proyek.

Hasil analisis sensitivitas terhadap semua skenario menyatakan bahwa usaha ini lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk dibandingkan terhadap perubahan biaya operasional. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan harga jual sebesar 10% telah menyebabkan usaha tidak layak dilaksanakan, sedangkan pada kenaikan biaya operasional sebesar 11% usaha masih layak dilaksanakan. Analisis sensitivitas secara lengkap disajikan pada Lampiran 9.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Industri minuman sari tebu merupakan industri yang masih berpotensi untuk dikembangkan, dengan sumber bahan baku yang cukup memadai di Indonesia 2,85 juta ton pertahun dan besarnya potensi tebu yang belum termanfaatkan. Industri ini juga meningkatkan nilai ekonomis tebu dan sebagai salah satu minuman sumber energi. Selain itu, industri minuman ringan masih memberikan peluang pasar yang cukup baik karena trend pertumbuhannya dari tahun ketahun meningkat.

Hasil analisis usaha sohun pada tingkat suku bunga 15,5 % per tahun dan skala usaha 600 kg per hari menunjukkan layak diusahakan berdasarkan indikator kelayakan finansial, yaitu NPV = Rp 407.573.821, IRR = 56,30%, Net B/C ratio = 2,28 dan masa pengembalian modal (PBP) selama 2 tahun 2 bulan.

Hasil analisis sensitivitas memperlihatkan bahwa usaha industri sohun bersifat lebih sensitif terhadap perubahan harga jual produk dibandingkan perubahan atau kenaikan biaya operasional. Pengembangan usaha industri minuman sari tebu memberikan manfaat yang positif baik dari aspek sosial ekonomi baik lokal maupun regional antara lain menyerap pengangguran, meningkatkan pendapatan petani sagu dan pendapatan daerah

7.2.Saran

Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses dan aspek finansial, usaha industri sari minuman tebu layak untuk direalisasikan dan disarankan Bank dapat memberikan kredit untuk pengembangan usaha ini, khususnya terhadap usaha kecil dan menengah.

Usaha industri ini perlu terus dibina agar dapat meningkatkan mutu produknya agar sesuai standar yang berlaku dengan cara upgrading teknologi sehingga prosesnya lebih efektif dan efisien. Penyesuaian standar mutu juga diperlukan agar produk minuman sari tebu dapat bersaing dipasar ekspor.

Penelitian yang berkesinambungan perlu dilakukan untuk menciptakan teknologi yang lebih baik, bahan baku yang menghasilkan mutu minumasn sari tebu paling baik dan pengawasan terhadap bahan baku/penolong yang berbahaya bagi manusia.
Previous Post
Next Post
Related Posts